Karena aku percaya. Hanya ragamu yang tiada, bukan cintamu.
![](https://static.wixstatic.com/media/a92804_bbc689e6a36749489b7ecc2eebe9bdf7~mv2.jpg/v1/fill/w_700,h_393,al_c,q_80,enc_auto/a92804_bbc689e6a36749489b7ecc2eebe9bdf7~mv2.jpg)
aku pernah memiliki lelaki yang sangat menyayangi diriku, kesederhanaanya membuat aku sempurna. aku sangat mencintainya. setiap detik yang aku lalui dengannya merupakan detik detik yang luar biasa membahagiakan. didekapnya adalah tempat ternyaman saat menyandarkan tubuh dari lelah. dia tidak peduli seburuk apa masa lalu ku yang dia tau dia mencintai aku yang sekarang. dia tidak peduli seberantakan apa keluarga ku yang dia tau aku gadis yang akan bersamanya membangun keluarga bahagia.
semarah apapun dirinya terhadapku dia tidak pernah berhenti untuk mempedulikan ku. kadang jika aku menyebalkan yang dilakukannya bersikap kembali menyebalkan lalu memelukku. dirinya seperti hujan, yang akan terus datang walupun sudah merasakan jatuh berkali kali.
sebenarnya aku bingung apa kata kata selain sempurna untuk mendeskripsikan dirinya. seakan Tuhan menciptakannya tanpa celah. aku berani menjamin aku wanita beruntung yang dicintai olehnya. tutur lembut yang slalu diucapkannya membuat ku tidak pernah ragu untuk mencurahkan keluh kesah yang ku rasa. darinya aku belajar bahwa bahagia itu sederhana. satu satunya pribadi yang luar biasa. dirinya berani menantang semua yang berani menjatuhkan ku.
Hingga pada satu hari...
Tuhan mengambil segalanya. aku dipaksa menerima kenyataan bahwa alasan kebahagian ku selama ini telah tiada, dipaksa menerima bahwa kini raga nya tidak akan bisa mendekap dikala aku berkeluh kesah. Mengapa kini mata mu tertutup, bangunlah, temani aku melihat langit seperti yang biasa kita lakukan. Mengapa kini kau diam, bicaralah, temani aku berbincang mengenai hari yang telah aku lalui. Mengapa aku tidak bisa merasakan nafas mu, bernafaslah, aku menyukai kehangatan yang tersalurkan melaluinya. Mengapa kini ketika aku menangis kau tidak menyeka air mata ku? kenapa ragamu tidak bergerak, bangunlah lihat aku! aku masih dan akan selalu membutuhkan hadirmu. Mengapa kini kau terdiam....
Apa kau melihat ku dari atas sana?
Tau kah kamu kepergian mu sangat membekas di ingatan ku, beriringan dengan kematian mu hati ku ikut terkubur di sana. Aku tidak pernah lagi merasakan bahagia seperti apa yang pernah aku rasakan bersamamu. Aku selalu mencela pada siapapun hati yang mempersilahkan aku singgah. Pribadi ceria ku saat bersama mu hilang entah kemana. Mungkin kini waktu nya aku yang mendekap mu, melalui tanah yang menutupi ragamu.
Comments