Untuk itu aku tak ingin melukaimu dengan janji yang mungkin kelak membuatmu berdiri disisi luka.
![](https://static.wixstatic.com/media/a92804_7f54f7cc83d04c868100b951a08c6b8b~mv2.jpg/v1/fill/w_474,h_474,al_c,q_80,enc_auto/a92804_7f54f7cc83d04c868100b951a08c6b8b~mv2.jpg)
Manakala pada petang yang tenang bersama desiran angin menerpa diri dalam kesunyian.
Di pintu kamar itu bersama kepala yang dipenuhi kata -kata
Aku mencoba mendamaikan logika yang kian bersikeras mewarnai beranda malam dengan sepotong syair.
Seperti orang gila berbincang hangat kepada tembok,buku, serta kipas angin yang kian membusuk di kamar lusuh itu
Entah kemana orang-orang itu kuakui hidup tak hanya untuk memikirkan satu hal saja akan tetapi masih banyak hal yang harus dikerja dan kejarkan
Itulah sebabnya mereka jarang bahkan tidak memberi kabar apapun perihal rindu .
Sibuk yang terlalu atau kita yang tak terlalu perlu.
Ah terlalu ..... "mati gaya boleh.. tapi mati dalam berkarya jangan" kira kira itulah kata kata yang sempat aku tangkap dengan jelas ditengah lamunan yang teramat sadis itu.
Malampun mulai merayap keatas dada
Kota ini begitu damai.....
tenang dari suara klakson yang biasanya bak orang orang rebutan jabatan
Padahal rebut alur jalan.
Sepanjang trotoar itu terlihat hanya satu dua orang pejalan kaki mereka sepertinya pekerja kantoran.
Dengan masker abu abu dan aku yang bau bau sepi
Terhempas jauh dari galak tawa yang mungkin saja mereka sedang mengfatamorganakan itu ditengah cabiknya kekhawatiran..
Ijinkanku hadir bersarung maaf
Untuk yang aku lalui begitu saja tanpa ingat apa apa tentang kau yang begitu istimewa
Comments